Kamis, 20 Juli 2017

#Penyesalan Devia# part 2

Part 2


Pada suatu hari di pagi yang begitu cerah Devia pamit kepada Ibu tercintanya, "Bu, Devia mau pergi mengunjungi teman ya bu. Kemungkinan Devia pulang larut malam karena tempat nya lumayan jauh Bu." Sambil mencium punggung tangan ibunya.


"Nak kalau tempatnya memang jauh, alangkah lebih baik jika kamu menginap saja di rumah teman mu itu" ucap ibu nya penuh rasa kehawatiran.




"Assalamu'alaikum Bu, hmm insyaAllah ya Bu akan Devia pertimbangkan saran Ibu." Ucap Devia sembari beranjak menuju motornya. Sambil menghidupkan motornya Devia berdo'a "Bismillahi tawakaltu alallahi Laa haulaa walaa quwwata illa billah." Pelan-pelan Devia mulai melaju dan mulai menjauh dari pekarangan rumahnya.


Sesampainya Devia di rumah temannya, banyak cerita yang Devia bagi dengan temannya, pun dengan temannya sama-sama mereka berbagi banyak hal. Tanpa disadari ternyata hari sudah mulai gelap, Usai Sholat magrib Devia pamit memaksakan diri untuk pulang. Tapi temannya tidak tega melihat Devia pulang malam, temannya berusaha mencegahnya. " Dev, besok saja pulangnya, menginap saja lah di sini, lihat hujannya begitu deras Dev.


" Devia menolak dengan halus" Ah kamu Sis, dulu memang aku sering nginap di rumah mu, tapi sekarang mana bisa, kamu sudah bersuami Siska, aku tidak mau lah jadi nyamuk di rumah mu ini." Ujar Devia sambil menegaskan status Siska sambil mengeluarkan tawa khasnya.


Setelah pamit Devia segera bergegas, menggunakan jas hujan yang selalu di bawanya. Devia menyalakan motor scupy kesayanggannya diderasnya hujan malam itu.
Devia sedikit ngebut karena takut kemalaman di jalan. Meskipun ngebut tapi Devia tetap berhati-hati, tetap berusaha menjaga keseimbangan.


Di tengah perjalan Devia beristigfar, " Astagfirullah, kenapa dengan motor ini kenapa tiba-tiba aku tidak bisa mengendalikannya." Devia berusaha mengendalikan motor yang dipakainya, Devia mulai panik ketika di depan nya terlihat ada anak kecil yang akan menyebrang, di tengah kepanikannya Devia sempat-sempatnya berpikiran aneh, "anak siapa pula dijalanan sepi seperti ini main di jalan sendirian." Ucap Devia penuh keheranan.
Bersyukur Devia bisa menghindarkan motor dari anak itu, tapi Devia masih penasaran, sehingga saat motor nya yang mulai hilang keseimbangan karena remnya blong, Devia menyempatkan diri menengok ke belakang, Devia terkejut karena anak yang tadi Devia lihat sudah raib. " Astagfirullah, kemana anak itu" Devia merinding, Devia lupa kalau rem nya blong dan Braaaaak Devia menabrak pohon yang ada di pinggiran jalan dan Devia mental jauh. Tubuh Devia terpelanting mendarat di pohon berikutnya.


Devia hilang kesadaran hampir seharian, saat Devia remang-remang sadar dari pingsannya, Devia menatap ke arah kanannya, nampak sesosok wanita berwajah teduh namun saat itu terlihat begitu sendu, Bu, ya yang di hadapan Devia adalah Ibunya. "Sudah lah nak jangan bicara dulu dan jangan banyak bergerak."lirih Ibunya penuh kesenduan.


Beberapa hari kemudian Devia dinyatakan boleh pulang dari rumah sakit. Tanpa penjelasan apa-apa Devia manut saja dibawa pulang Ibuya. Pada keesokan harinya Devia menanyakan prihal kejadian yang menimpa dirinya pada Ibunya, "Bu, hmm sebenarnya kenapa saya kemarin sampai di rawat beberapa hari di Rumah sakit dan kenapa dengan wajah saya kenapa saya tidak mengenali diri saya sendiri?" tanya Devia dengan penuh rasa penasaran.




Ibu Devia, menghelakan nafas dan memberanikan diri untuk bercerita, "Nak, segala sesuatu itu sudah di atur sama Allah, jadi apa pun yang terjadi pada mu saat itu maka kamu harus ridha." Nasihat Ibunya pada Devia.


Devia semakin penasan. "Baik Bu ceritakan pada Devia Bu." pinta Devia dengan nada sedikit memaksa.


"Baik, akan Ibu ceritakan namun sebelum selsai Ibu cerita kamu jangan memotong pembicaraan Ibu dan kamu harus banyak-banyak bersabar. Dev kamu kecelakaan, sebenarnya, kecelakaan itu tidak begitu parah hanya saja tubuh mu di perkirakan terpelanting menubruk pohon dengan sangat keras. Sehingga menyebabkan rahim mu terluka nak, dan..." Ibu nya bercerita panjang lebar dan tidak kuasa menahan air mata.


"Apa Bu, dan Apa?, Devia penasaran, ayo Bu kenapa katakan saja pada Devia." Devia memelas pada Ibunya.


"Nak, rahim mu luka, maka tidak ada jalan lain kecuali rahim kamu harus di angkat...dan kamu divonis tidak akan punya keturunan." Lirih Ibu nya sambil terisak menangis. Wanita mana yang tidak bersedih saat dirinya divonis tidak akan punya keturunan, Devia terdiam dan berusaha untuk bersabar. "menjadi seorang Ibu adalah mimpi semua wanita, namun apalah daya kita hanya manusia biasa." Ucap Devia. Ibu nya memeluk Devia sangat erat dan berkata" Iya nak, Allah lebih tahu yang terbaik untuk kita, sabar ya nak." Lirih Ibu Devia.


Bersambung.


#30DWC_Jilid7_Squad4
#hari_ke15
#menulislah_dengan _hati
#IG: @nurie_nafilah
#fb: Lembayung senja
#Nurheti Nurie Nafilah
#Bogor_20Juli_2017










Tidak ada komentar:

Posting Komentar