Selasa, 11 Juli 2017

#Cermin#

Di sepanjang jalan aku tatapi semua indah cipataan-Nya, pohon-pohon yang entah kapan ditumbuhkan hingga sekarang yang aku tahu pohon-pohon itu sudah tumbuh besar dan kokoh.


Rerumputan yang tak pernah menyerah merambatkan harapannya untuk terus menelusuri jalan-jalan kecil. Gunung-gunung yang megah dan gagah terlihat begitu mengagumkan. Awan yang bergumpal menaungi jiwa-jiwa yang lelah.


Langit yang terhampar tanpa tiang begitu indah seakan ingin aku berada di sana. Bumi yang ku pijaki terhampar pula berikan kesempatan untuk berlari. Subhanallah wallahu akbar walhamdulillah aku masih bisa menikmati keindahan ciptaan-Nya.


"Neng, neng ongkosnya", tiba-tiba seorang laki-laki membuyarkan pikiran Dinda. "Oh iy, ini bang" kata dinda setelah Dinda mengambil uang sebesar Rp.5.000 dari kantong tas yang ada di pangkuannya.


Setelah Pak kendektur beralih menagih ongkos pada penumpang yang lain, kembali Dinda menatapi pemandangan yang ada diluar mobil. Penglihatan Dinda masih tertuju pada keindahan ciptaan-Nya. Perjalanan Dinda yang cukup jauh mengharuskannya duduk di pinggir jelndela di barisan kursi kedua dari jok Pak sopir di depan sana, posisi duduk itu memberikan kesempatan Dinda untuk melihat pemandangan yang maha indah dan itulah alam semesta.


Dinda pun tak luput untuk mengucapkan rasa syukurnya pada Sang Pencipta. "Dialah Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna dalam semua ciptaan-Nya" ucap Dinda lirih.


Sedang asyiknya Dinda melihat gunung-gunung yang mulai menghilang ditelan kabut-kabut senja lalu Dinda pun mengalihkan pandangannya pada langit yang mulai gelap namun dalam gelap itu menampakan keindahan dengan hadirnya lembayung senja.


"Indah sekali layung itu" kata Dinda tapi Dinda segera menunduk mengalihkan pandangannya pada pangkuannya karena ingat pepatah tua yang diucapkan Ibunya tempo hari" neng tong lila-lila teing nempo layung teh bisi ruksak mata" ( istilah bahasa sunda yang artinya: "Neng jangan terlalu lama melihat lembatung karena akan merusak mata.")


Hmmm....dikerutkannya dahi Dinda "emang bener gitu kata mamah kalau lembayung akan membuat mata kita rusak kalau dipandangi terus?" ucap Dinda bertanya-tanya pada hatinya. Ah mamah mah aya aya wae(istilah bahasa sunda yang artinya:"Ah mamah ada-saja"). Dinda senyum-senyum sendiri ingat nasihat Ibunya itu. Dinda tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain saat itu ketika melihat Dinda senyum-senyum sendiri gak jelas. Ah peduli amat pikir Dinda toh aku tidak nyusahain kalian hehehehe tertawa Dinda dalam hati.


Daripada mikirin yang tidak-tidak mendingan lihat pemandangan lagi ah hati Dinda berbisik. Dinda pun kembali memanjakan matanya dengan pemandangan yang masih terlihat, mungkin kurang dari satu jam lagi pemandangan itu akan ditelan gelap karena waktu itu menunjukan pukul 17.20.


Remang-remang dari kejauhan di depan sana Dinda melihat mobil besar yang mengangkut kayu, semakin dekat dan mendekat. Ketika mobil yang di tumpanginya akan berpapasan dengan mobil besar tadi, tiba-tiba dari sebelah kanan mobil besar pengangkut kayu itu ada motor dengan kecepatan super kencang.
Pak sopir terlihat begitu panik dan dengan kepanikan Pak sopir itu tidak pikir panjang tidak melihat kanan dan kiri. Pak sopir pun lupa kalau disebelah kiri mobil yang ditumpanginya adalah jurang yang curam. Kemudian Pak sopir berusaha menghindarkan mobil yang Ia kendalikan dari kecelakaan.


praaaang benturan keras menggulingkan mobil yang Dinda tumpangi. Maksud menghindar tapi ternyata malah petaka yang terjadi. Mobil yang Dinda tumpangi jatuh kejurang yang curam.


Keanehan memenuhi pikiran Dinda yang kalut. Dilihatnya Pak sopir yang berlumuran darah karena tertimpa kaca, begitupun dengan orang yang duduk di depan dekat pak sopir mereka juga berlumuran darah. Dinda melirik ke arah kirinya melihat teman yang duduk satu kursi dengannya Dinda kaget bukan kepalang karena dilihatnya teman satu kursinya itu penuh darah tanpa tangan karena patah tertimpa besi. Inalillahi, astagfirullah ucap Dinda berkali-kali Dinda pun mulai ketakutan dan menangis.


Dilihatnya lagi jok belakang yang kiri sudah hancur berantakan." Tidaaaaak " Dinda berteriak sekeras mungkin. Dinda berusaha keluar dari himpitan jok yang runtuh dan himpitan manusia-manusia yang tidak bernyawa. Usaha Dinda tidak sia-sia akhirnya Dinda bisa keluar dari himpitan ketakutan dan kepedihan yang Dinda rasakan.


Dinda beristigfar terus menerus, Dinda menengok ke sekeliling tidak ada rumah penduduk yang ada hanya rumput-rumput liar yang mengitari pohon-pohon besar. Dinda pun hanya bisa menangis tersedu menyadari keberadaannya.


"Ya Allah, mereka semua sudah meninggal" teriak Dinda berharap ada yang mendengar teriakannya.


Dinda lemas seakan seluruh persendian tulangnya telah hilang bersama orang-orang yang tidak bernyawa itu. " Ya Allah apa yang sebenarnya terjadi benarkah mereka semua sudah tidak bernyawa? lalu apa maksud-Mu menyelamatkan akusendiri ditempat yang tidak ada seorangpun mampu menolingku disini,kenapa engkau tidak ambil nyawaku juga?". Dalam tangis Dinda murka sambil berteriak sejadi-jadinya. Dinda mencoba bertanya dan marah karena merasa Allah adil pada Dinda.


Dinda terdiam, hatinya bertanya" marah?, apa aku berhak untuk marah pada keputusan dan taqdir -Mu?, Ya Allah ampuni aku,tapi kenapa mobil yang begitu hancur dan mengakibatkan semua para penumpang meninggal tapi kenapa akubtidak sedikitpun terluka?.


Dinda mulai kebingungan dengan apa yang dialaminya, Dinda tidak bisa berbuat apa-apa Dinda hanya duduk lemas menghadapi mobil yang penuh sesak dengan manusia yang tak bernyawa. Dinda menangis,semakin lama isak tangisnya semakin keras, Dinda tertunduk memeluk lututnya.


"Ya Allah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, apakah aku akan kembali kerumah atau aku akan ikut mati di sini diterkam binatang buas" pikiran Dinda mulai ngawur penuh keputusasaan.


Dikesunyian hutan rimba itu Dinda memohon", Ya Allah Engkaulah pemilik jagat raya ini, Engkau Maha Berkehendak, tolonglah aku, tolong aku Ya Allah" Dinda merasa tidak berdaya.


Sunyi tak ada sebuah kata-kata, tiba-tiba "neng, neng" Dinda aneh dengan auara itu tapi hatinya gembira. Dinda yang tertunduk belum berani mengangkat kepalanya, Dinda hanya berpikir Allah telah berikan pertolongan untukku. Tapi kemudian keputusasaan kembali mendatanginya " ah tapi mana mungkin dihutan seperti ini ada manusia bukankah mereka semua sudah tidak bernyawa?" gumam Dinda merasa tidaknpercaya.


"Neng, neng" suara itu semakin jelas, Dinda berusaha mengabaikan suara itu dan tetap menundukan kepalanya,"ah,itu cuma halusinasi" gumam dinda lagi.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Dinda kaget dengan suara adzan yang terlantun. Benarkah suara adzan itu?, semakin lama semakin jelas, iya itu suara adzan kalau suara tadi mungkin saja halusinasi masa sekarang suara adzan halusinasi juga " hati dinda berkecamuk penuh tanda tanya.


"Neng, neng, Dinda kaget "lagi-lagi suara itu" kata Dinda. Dinda bangun dari tunduknya dan berusaha menoleh menuju arah suara yang didengarnya. Ketika Dinda menoleh Dinda sangat kaget, Dinda melirik ke Pak sopir yang baik-baik saja lalu Dinda mengalihkan pandangannya kesekeliling tidak ada seorangpun. "Nyari apa neng" ucap seseorang didepannya membuyarkan keanehan yang dirasakan Dinda.


Sambil garuk-garuk kepala Dinda mencoba mencari tahu tentang orang-orang yang sudah menghilang itu. " Hmmm...Bang pada kemana orang-orang ko mobil kosong? " tanya Dinda. Eh ari si neng, mereka dari tadi sudah pada turun, lagian dari tadi neng dibangunin tidak bangun-bangun" ujar seorang laki-laki." Eh neng capek ya pulang dari kampus sampai ketiduran begitu nyenyaknya di mobil" tambah laki-laki itu bertanya pada Dinda.


Tidur? ucap Dinda Heran sambil memandangi laki-laki yang ada dihadapannya tapi Dinda segera menepis rasa herannya, "ah sudahlah" kata Dinda dan segera turun dari mobil tidak lupa mengucapkan terimakasih pada laki-laki yang membangunkannya, laki-laki itu tidak lain tidak bukan adalah Abang kendektur.


"Makasih ya Bang" ucap Dinda sambil beranjak turun dari mobil, "Iya neng sma-sama" jawab kendektur itu.


Dilihatnya langit sudah tidak ada lagi lembayung senja yang ada hanyalah gelap. Terdengar kumandang adzan, orang-orang yang biasanya ramai ditempatbitu kini mulai sepi dan jongko-jongko pun sudah banyak yang tutup.


Dinda baru sampai terminal hmmm Dinda menghelakan nafas masih merasa aneh dengan apa yang tadi dialaminya.Ah sudahlah lagi-lagi Dinda menepis rasa aneh utu dan menunda pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenaknya. Pokoknya Dinda saat ini ingin pulang bisik hati Dinda dan dengan cepat-cepat Dinda mencari kendaraan, Dinda pun bersyukur karena masih ada angkot untuk menuju kerumahnya. Biasanya selepas magrib angkot sudah raib dan biasanya dengan terpaksa Dinda kalau tidak ada angkot harus naik ojeg, atau Dinda minta dijemput.


"Alhamdulillah Allah menolongku" ucap Dinda dalam hati dengan segera beranjak naik masuk angkot yang akan segera melaju. Sesampainya dirumah tidak lupa Dinda mengucap salam dan masuk kedalam rumah, tasnya disimpan diatas kursi dan Dinda segera bergegas untuk mengambil air wudhu.


Selsai Sholat magrib kembali Dinda teringat pengalamannya tadi saat diperjalanan pulang dari kampus. Segera Dinda memohon ampun pada Yang Maha Mengetahui dengan segala apa yang terjadi dan Dialah Allah.


Ditatapnya cermin didepannya nampak sesosok perempuan yang sedang memukirkan sesuatu. Dinda menatap ujung pinggir cermin disana ada tulisan berbahasa arab beserta artinya yaitu:" Allahumma kamaa hasanta khalqi pahassin khuluqi" yang artinya:"Ya Allah sebagaimana engkau telah membaguskan penciptaanku, maka baguskanlah akhlaqku".


Dug, hati Dinda terasa sakit, nafasnya terasa berat, Dinda lemas ingat tentang kejadian kecelakaan yang menewaskan semua penumpangnya kecuali Dinda sendiri yang selamat. "Astagfirullah tadi itu begitu nyata padahal itu adalah mimpi " gumam Dinda. Entah apa yang dirasakan Dinda yang pasti sampai detik ini Dinda masih tidak percaya antara kenyataan dan mimpi, yang pasti Dinda merasakan itu begitu nyata dan begitu menakutkan, pikir Dinda sambil bergidig ngeri.


Dinda duduk ,berniat mau mbaca Al-qur'an sambil menunggu adzan isya tapi Dinda menangis teringat sebelum berangkat ke kampus Dinda dalam keadaan marah pada Ibunya dan Dinda berangkat tanpa pamit terlebih dahulu. Astagfirullah untuk kesekiankalinya Dinda beristigfar.


"Bagaimana kalau kejadian itu nyata tentu Dinda akan mati dalam keadaan dimurkai oleh Allah karena marah pada ibu" ucap Dinda sambil menangis dan mengelus dadanya yang terasa begitu sesak.


"Ya Allah,maafkan dosa-dosaku, terimakasih Engkau telah menegurku lewat mimpi itu, Ya Allah baguskanlah akhlaqku" do'a Dinda pada Allah. Dinda berjanji akan minta maaf pada Ibunya dan Dinda akan selalu berusaha menjaga perasaan Ibunya. Dinda akan berbakti dan membuatnya selalu tersenyum". Janji Dinda yang terucap dihadapan Allah.


#30DWC_jilid7_Squad4
#Hari_ke6
#menulislah dengan hati
#teruslah berkarya,jangan takut salah
#torehkanlah_jejak_fositif_lewat_buah_pikiranmu
#Ig:@nurie_nafilah
#Fb:Lembayung senja
#Tweeter:@nurie_nafilah
#Telegram:@nurie17
#blig: mutiarahikmahkita.blogspot.com
#by_nurheti_nurie_nafilah
#cikajang_11_juli2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar