#Jejak Senja#6
Perjalanan Sukabumi Bogor
Kedatangan kami ke bogor adalah ikut sebagai pengantar rombongan pihak ikhwan, ada beberapa mobil dan ada rombongan motor.
Pulang dari nikahan teman kami, kami pulang kembali ke bogor, namun kami pulang masing-masing, rombongan ikhwan, mereka menggunakan motor dan pergi rekreasi dulu ke pantai Pelabuhan ratu. Jarak pantai Pelabuhan ratu dari tempat nikahan teman kami, kurang lebih satu jam.
Tentunya mereka kaum ikhwan bersenang-senang, bermain bersama sang ombak, menyaksikan keindahan pantai Pelabuhan ratu, menikmati panorama alam lewat birunya air laut yang menyatu dengan birunya langit, yang kemudian berubah menjadi redup karena gumpalan awan itu seakan siap memuntahkan air ke bumi.
Lain cerita dengan teman kami yang akhwat, mereka pulang mendahului kami, karena memang jalur kami berbeda. Kami pun satu mobil yang di huni 7 akhwat termasuk supir, kami ketinggalan karena kami mencari mencari mesjid untuk sholat dulu.
Yang mengendarai mobil tidak lain tidak bukan adalah akhwat juga, teman kami sendiri.
Kami berangkat jam 11 siang, di perjalanan selalu saja kita mendapatkan pengalaman unik.
Saat berangkat saat ditanjakan mobilnya mandet-mandet jadi kaya mobil joget, kita sedikit panik, tapi beberapa kali tetap kami berusaha untuk melanjutkan perjalanan. Namun ketika menemui setiap tanjakan, mobil selalu mandet-mandet, akhirnya kami menanyakan pada pimpinan pesantren perkara apa yang sedang kami alami.
Nasib baik berpihak pada kami, Beliau menyarankan untuk di kendarai pak ujang, yang saat itu sedang bertugas menjadi sopir pimpinan pesantren. Karena khawatir dengan kami, maka pak ujang pun jadi sopir di mobil kami, sementara mobil pipmpinan pesantren dikendarai oleh beliau sendiri.
Itu adalah keunikan saat berangkat, lain cerita dengan keunikan saat pulang. Saat perjalan pulang baru melaju sekitar 1 jam, langit yang tadinya begitu cerah diam-diam berubah menjadi abu-abu dan tidak lama kemudian semakin gelap maka sejurus kemudian jatuhlah jutaan tetes keberkahan dari langit yaitu hujan.
Hujan cukup lebat, maka demi keselamatan kami menepi kepinggir jalan dan rehat sejenak di sana. Sambil menunggu hujan reda kami pun memilih untuk tidur, namun tidur kami pun tidak nyenyak. Cukup lama kami menepi dan perlahan hujan reda, maka kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, karena memang perjalanan kami masih sangat jauh.
Baru sedikit melaju ternyata keadaan jalan begitu macet, benar-benar macet, di depan kami puluhan mobil truk-truk besar yang membawa barang-barang berat, di deretan truk-truk itu terselip ada beberapa mobil-mobil pribadi yang mungil. Sementara selebihnya adalah truk-truk besar dan kebanyakan adalah membawa air galon.
Mengerikan berada di belakang truk-truk besar itu, namun apalah daya karena keadaan memang macet. Tapi karena waktu semakin sore, akhirnya kami mencoba menerobos kemacetan dengan cara nyelip ke tengah jalan.
Driver kami Akhwat tangguh hehe, dia sangat gesit dalam mengendarai mobil, sehingga nyelip atau nyalib-nyalib mobil besar itu sudah biasa, mengerikan memang tapi percaya saja Allah akan melindungi kita.
Perbuatan menyalib mobil itu memang membahayakan dan melanggar namun izinkan kami melanggar kali ini, karena darurat he...lagian teman kami pun tentu sudah memperhitungkannya kenapa dia berani nyalib, karena jalan cukup besar muat 3 mobil, jadi posisi di tengah dirasa aman yang penting tidak menghalangi mobil lain dari arah berlawanan.
Teman kami teus menerobos ke tengah melewati deretan truk-truk besar itu kurang lebih bekilo-kilo meter, dengan ketakutan ketika dari arah yang berlawanan ada mobil besar, khawatir tidak bisa lewat, kami berhenti dan memberikan jalan pada mobil itu.
Begitulah seterusnya hingga kami di sarankan untuk menpuh jalan lain, kami pun masuk ke jalan alternatif yang di sarankan warga. Ternyata jalannya sempit tapi alhamdulillah bisa masuk dua mobil, jadi aman lah untuk dilalui.
Kemuning senja tidak bisa kami nikmati karena tertutupi oleh awan yang gelap, sisa hujan tadi. Jalanan mulus itu, kini menjadi menyeramkan karena hari pun sudah mulai gelap.
Selain penerangan jalan yang kurang, yang menjadi kehawatiran kami adalah, Driver kami itu ada masalah dengan kedua matanya, Beliau matanya sakit, jadi ketika waktu malam Beliau tidak bisa melihat jalanan.
Namun kejadian seperti itu sudah biasa kami lalui, jadi kepanikan kami berkurang, jika dulu selalu ada sopir cadangan, tentunya teman kami juga, namun kali ini tidak ada sopir cadangan.
Driver tangguh kami meskipun matanya tidak bisa melihat jalanan saat gelap, namun tetap bisa mengendarai mobil dengan di temani petunjuk jalan, jadi saat itu kami jadi serasa main game.
Ada belokan, ada tanjakan, ada turunan, ada bahaya, teman kami sebagai penunjuk arah siap mendampingi Driver kami itu.
Kadang kalau sedikit saja petunjuk arah itu melamun, mengakibatkan Driver kami hampir menabrak pembatas jalan, mengerikan memang tapi Driver kami itu selalu menenangkan kami dengan caranya yang santai saat mengendarai, bukan santai berlama-lama mengendarai sehingga jadi lambat, tapi santai menghadapi rasa khawatir.
Akhirnya kami pun bisa sampai ke tempat kami sekitar pukul 18:30, perjalanan yang panjang, tapi menyenangkan, terimakasih Akhwat tangguh yang selalu mengantarkan kami di perjalan-perjalanan kami.
(Bogor,19_Oktober2017)
#30Dwc_jilid9
#Squad_4
#Hari_ke19
#menulis_saja_tak_usah _ragu
#Nurheti_Nurie_Nafilah
#IG: @nurie_nafilah
#fb: Lembayung Senja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar