Jumat, 03 November 2017

#Ujian adalah Keberkahan#

Setiap dari kita, setiap manusia pasti pernah mengalami jatuh, baik itu jatuh dalam artian sempit atau jatuh dalam makna yang luas.


Jatuh dalam artian luas, mungkin jatuh di sini bisa disebut kegagalan, ya kegagalan itu rasanya lebih menyeluruh. Bisa kegagalan dalam masalah hati, kegagalan masalah karir, kegagalan dalam pendidikan dan lain sebagainya.


Namanya saja kegagalan, tentu itu bukan hal yang membuat kita bisa tersenyum lebar penuh kebahagiaan. Kegagalan pasti identik dengan tangisan, kesedihan, kerugian. Itu semua adalah manusiawi.


Jika dalam menjalani kehidupan rumah tangga, kemudian ada perceraian itu disebut kegagalan dalam membina keharmonisan rumah tangga, wajar jika kecewa, sedih dan ada tangis di dalamnya karena itu manusiawi.


Jika dalam berbisnis, kemudian terjadi kerugian besar, kena tipu bahkan bangkrut, wajar bukan jika ada kekecewaan, kemarahan, kedongkolan, kesedihan didalamnya.


Lalu jika dalam meniti karir, kemudian gagal di tengah jalan, wajar jika ada penyesalan, jika ada tangis, dan jika ada kecewa.


Semua itu adalah hal yang manusiawi dan bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Yang tidak wajar adalah jika kita menghadapinya secara berlebihan, sehingga mengakibatkan jadi sakit-sakitan, setres, galau tingkat dewa, hampir gila bahkan yang lebih parah menjadi putus asa dan mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.


Hal tersebut itulah yang tidak wajar, karena berlebihan dan mengakibatkan kemadharatan pada diri dan orang lain.


Dalam agama kita pun kita di ajarkan bahwa kita tidak boleh berlebihan dalam sesuatu. Sebagaimana dalam firman_Nya


yang artinya:"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan_Nya kepadamu.( Qs. Al-Hadid:23).


Ayat di atas menjelaskan supaya kita tidak berlebihan. Ketika kita menghadapi kegagalan, kita boleh kecewa tapi kita harus kembali bangkit.


Kegagalan dalam sesuatu adalah pertanda kalau kita akan menghadapi kemenangan. Maka ketika kita mengalami kegagalan jadikanlah kegagalan itu sebagai pemicu supaya kita bisa menjadi lebih baik.


Kita tidak boleh larut dan terpuruk dalam kegagalan, kita harus bergerak dan bekerja keras untuk meraih kemenangan.


Yakini saja bahwa kegagalan yang kamu alami adalah sebagai penggugur bagi dosa-dosamu, dan jika kelak dosamu telah berkurang. Maka bersiap-siap lah untuk menjemput kemenangan.


Kemenangan itu memang harus di tebus dengan, pengorbanan, perjuangan, kerja kerja keras bahkan darah.


Untuk mendapatkan kemenangan itu butuh di uji dengan krikil-krikil tajam, panas, cacian, kebencian, pengkhianatan, dan lain sebagainya.


Kita harus bersyukur karena dengan adanya ujian-ujian melatih kita supaya kita lebih kuat, lebih siap, lebih mandiri, lebih cerdas, lebih memahami, lebih mengerti, lebih profesional, lebih berkarakter dan lebih bertauhid.


Jika kita mampu menghadapinya maka bergembiralah karena kita akan naik kelas.
Dari tidak tahu menjadi tahu, dari kegagalan menjadi keberhasilan, dari keterpurukan menjadi kemakmuran, dari Penyesalan menjadi pengharapan, dari kekecewaan menjadi kepercayaaan, dari lemah menjadi kuat.


Yang pasti kita harus lebih baik dari keadaan kita sebelumnya, kita harus bangkit dan bergerak menuju kemenangan.


Ketika kita ditimpa suatu ujian maka janganlah berputus asa dari rahmatnya, tetaplah berhusnudzon pada Allah, taqdir Allah adalah taqdir yang terbaik untuk kita jalani.


Dalam menghadapi ujian seorang muslim harus mempunyai prinsif yaitu yakin bahwa ujian itu adalah berkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar