Selasa, 23 Oktober 2018

#commuter line#1#Keberangkatan


Commuter line#1#Keberangkatan

Sore di hari libur, tepatnya hari sabtu, saya, suami dan sepupu beserta temannya๐Ÿ˜† adik sepupu dari suamiku yang otomatis jadi sepupuku juga, jalan-jalan ke kotu alias kota tua. Sepupuku belum tahu kotu, makanya kami memutuskan mengisi hari libur di Sana.


Ba'da asar kami berangkat menuju stasiun Bojong Gede, suasana di Stasiun hampir sama seperti stasiun-stasiun yang lainnya, yaitu ramai dengan para pedagang, lebih mirip pasar, ada macam-macam jajanan dan barang yang dijajakan di Sana.


Sesampainya di Stasiun, suami saya membeli 4 tiket dengan tujuan bojong gede-Kotu, setelah tiket ada ditangan suami, suami pun membagikan pada saya dan sepupu.
Untuk sampai di tempat comuterline yang kami tuju, kami harus melewati dulu tangga-tangga dibawah tanah alias terowongan dibawah rel.


Jarak yang dekat jadi serasa jauh dengan adanya terowongan itu, padahal tinggal nyebrang saja, tapi itu sudah jadi aturan pihak comuterline demi keamanan para pengunjung, ada pengecualian buat ibu hamil, ibu-ibu yang sudah sepuh dan yang tidak bisa jalan jauh.


Apasalahnya kita mengikuti aturan itu, karena pasti ada kebaikan pada aturan yang dibuat itu. Meskipun kadang-kadang mengeluh kecapean dan kesal kalau comuterline yang mau kita tumpangi keburu jalan saat kita melintasi terowongan itu, tapi ya tidak apa-apalah comuterline satu pergi masih ada commuterline-commuterline yang lain, dan pada saat seperti inilah kesabaran kita diuji, karena kadang butuh cukup waktu yang lumayan untuk menunggu comuterline berikutnya menuju arah yang sama.


Dari Bojong gede ke Kotu lumayan jauh kami butuh waktu kurang lebih 2 jam untuk samapai ke Kotu. Setelah kami berhasil melewati terowongan itu, kami duduk sejenak menunggu commuterline tujuan kami, sejurus kemudian yang kami tunggupun datang, tanpa menunggu waktu lama, semua penumpang yang menunggu termasuk kami langsung berhamburan naik dengan segera ke commuterline.


Commuterline yang kami tumpangi ternyata penuh dan terpaksalah kami harus berdiri, ya mau gimana lagi duduk dilantainya kan dilarang hehe.


Suami saya memilih berdiri didekat pintu, ditangannya dibukanya sebuah buku, ya sudah biasa suamiku kalau pergi selalu membawa buku katanya sih buat ngilangin bosen kalau dijalan. Saya berdiri tidak jauh darinya dan sepupu kami berayukur mereka mendapatkan tempat duduk setelah berdiri beberapa saat.


Stasiun demi stasiun kami berharap semoga ada yang turun, namun ternyata lama tidak ada yang turun, setelah belasan stasiun terlewat barulah saya dan suami mendapatkan tempat duduk, meskipun tinggal sebentar lagi kota tujuan kami, tapi lumayanlah bisa mengobati rasa pegal kami yang dari lama berdiri.


Kurang lebih kami harus melewati 21 stasiun supaya bisa ke Kotu, setiap distasiun comuterline berhenti sejenak untuk menurunkan dan menaikan penumpang, ketika mau sampai disatu stasiun petugas commuterline menyerukan nama stasiun yang akan dilewati dan mengatakan " periksa kembali barang bawaan anda, jangan samapai barang bawaan anda tertinggal digerbong Kereta, terima kasih sudah menggunakan jasa commuterline.


Setelah sampai distasiun diserukan lagi"hati-hati pintu akan dibuka, kepada para penumpang harap memberikan dulu jalan bagi penumpang yang turun, perhatikan celah peron, dan sebentar kemudian hati-hati pintu akan ditutup".


Untuk sampai di jakarta kota  kami harus singgah beberapa saat di stasiun-stasiun untuk menaikan atau menurunkan penumpang,  dari mulain stasiun Bojong Gede (BJD) kurang lebih kami akan melewati 21 stasiun supaya kami bisa samapai di jakarta kota, stasiun yang kami lewati diantaranya adalah:


Citayam (CTA) - Depok Lama (DP)- Depok Baru (Debar/DPB) - Pondok Cina (Pocin/POC) - Universitas Indonesia (UI)- Universitas Pancasila (UP) - Lenteng Agung (LA/ LNA) - Tanjung Barat (TNT)- Pasar Minggu (PSM) - Pasar Minggu Baru (PSMB) - Duren Kalibata (DRN) - Cawang (CW) - Tebet (TEB) - Manggarai (MRI) - Cikini (CKI) - Gondangdia (GDD) - Gambir [tidak berhenti/melintas langsung] (GMR) - Juanda (bukan janda/ JUA) - Sawah Besar (SW) - Mangga Besar (MGB) - Jayakarta (JYK), nah setelah stasiun Jayakarta barulah kita  menuju stasiun tujuan kita, yaitu Jakarta Kota (JAK).


#Tantangan_40HariMenulis
#TulisanKe4_HariKeSekian hehe๐Ÿ™✌
#biarkan_pena_bicara_disaat_lisan_kelu_untuk_bercerita
#Lembayung_Senja
#Salam_Persaudaraan
#Salam_Literasi

Jumat, 12 Oktober 2018

#Tantangan Nulis 40 Hari#Tulisan ke 3


Nge-Mc Perdana bareng si Doi


Adalah saya seorang teman yang ingin menjadi teman yang baik. Saat ku buka pesan di whatshap, saya melihat pemandangan yang lucu, ya lucu bagiku saat itu, saya merasa lucu dengan pesan salah satu temanku. Saya baca dengan seksama pesan itu, kurang lebih berisi permintaan supaya saya bisa jadi MC diacara akad nikahnya.


Saya tak serius menanggapinya, saya jawab sekenanya" silahkan japri dulu dia". Dia yang saya maksud adalah yang akan jadi teman buat nge-MC. Ternyata si dia mengiyakan, maka saya kembali menanggapi dengan biasa saja.


Bagiku aneh masa minta saya jadi MC, secara itu acara resmi dan saya belum pernah memandu acara resmi semacam itu.
Saya pikir itu hanya candaan, tapi saat teman saya itu japri yang akan jadi fartner saya, saya menangkap itu serius. Jujur saya merasa senang, berarti temanku itu mempercayai saya untuk ikut dalam acaranya, tapi saya juga cemas, takut saya malah membuat kacau acara itu, acara yang sakral, ah jadi serba salah saya saat itu.


Tapi saya menangkap beberapa kemungkinan kenapa teman saya mempercayai saya untuk jadi MC di acara akad nikahnya, kemungkinan pertama karena melihat kemampuan publik speaking yang dimiliki fartner saya, tiada lain tiada bukan fartner saya itu adalah suami saya sendiri. Kemungkinan kedua karena teman saya ingin memberikan kesan terhadap saya untuk perpisahan, karena setelah teman saya akad, dia akan meninggalkan pesantren tempat kita mengabdi untuk waktu yang tidak terbatas, mungkin untuk selamanya, karena setelah akad temanku itu akan ikut beserta suami.


Sedih jadinya saat tahu temanku akan pergi, tapi ya mau gimana lagi, inilah hidup, ada pertemuan ada juga perpisahan, hal semacam itu sudah sunatullah.


Akhirnya saya so so an menyanggupi permintaan temanku itu, padahal serius saya belum pernah memandu acara prosesi akad nikah. Meskipun dua hari sebelum acara, kami (saya dan suami) sempat kepikiran  untuk membatalkan permintaan itu, saat itu kami khususnya saya merasa cemas kalau-kalau acaranya kacau gara-gara kami yang belum berpengalaman. Namun akhirnya niat itu kami urungkan karena berbagai pertimbangan.


Sebenarnya yang belum berpengalaman itu saya, kalau suami, insyaallah saya percaya dia bisa menghandle acara-acara semacam itu.
Dengan saling menguatkan, akhirnya kami maju jadi MC di acara prosesi akad nikah temanku itu, tentu saja dengan perjuangan, kita harus pulang malam-malam demi mendapatkan kejelasan untuk acara, kami harus banyak bertanya tentang hal-hal terkait acara.


Begitulah seorang MC harus mampu komunikasi setiap saat, saat acara belum dimulai harus banyak nanya pada para panitia, supaya acaranya bisa lancar, lalu ketika acara harus bertanggung jawab dan memastikan acara berjalan lancar.


Tibalah hari itu, hari dimana temanku itu akan mengucap janji suci, hari yang sakral yang akan dikenang sepanjang sejarah hidupnya, ya hari akad nikah temanku pun tiba. Semua panitia terlihat sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada yang sibuk bolak-balik membawa kantong kresek berisikan makanan buat sarapan, ada yang sibuk menata kamera, ada yang sibuk merapikan meja, ada yang sibuk memasak, ada yang sibuk memarkirkan kendaraan, ya semua sibuk penuh suka dan cita.


Tibalah kami untuk memasuki aula untuk memandu acara prosesi akan nikah, kami membacakan skrip sesuai dengan narasi yang sudah kami buat, bergantian kami membacakannya dengan khusu, takut-takut ada yang terlewat. Acara demi acara akhirnya telah usai dan kami pun mengakhiri dengan salam. Acaranya alhamdulillah berjalan dengan lancar.


Tiba-tiba saya merasa kalau diakhir acara ternyata ada beberapa hal yang salah ucap, saya minta maaf pada suami, karena saya mungkin membuatnya malu karena harus Nge-Mc bareng sama saya yang kurang berpengalaman, tapi saya terkagum dengan jawaban suami saya, suami saya menjawab"tidak mengapa, abang tadi yang salah".


Terimakasih suamiku, karena baru kali ini saya nge-Mc begitu santai dan merasa tenang, karena setiap saya mulai merasa gugup, engkau selalu menguatkan dengan kata-kata bijakmu, saat saya merasa ada yang salah, maka engkau kembali mengingatkan.


Jujur saya berterimakasih padamu wahai suamiku, kau tau?...biasanya kalau saya jadi Mc, kalau saya merasa ada yang salah paling saya menyalahkan diri dan memaki diri sendiri, dan tidak sedikit kadang saya tidak tahu letak salah saya dimana.


Itu terjadi karena mungkin orang lain tidak peduli pada kesalahanku itu, atau mungkin mereka segan untuk mengoreksi atau bahkan mereka juga sama sepertiku, tidak tahu dimana letak salah itu.


Maka dengan hal itu, tidak jarang saya melakukan kesalahan yang sama saat jadi Mc.
Tapi denganmu eaaaa......saya diingatkan dan dikuatkan, jadi semacam ada rasa ingin tumbuh bersama.


Maaf saya belum bisa fokus untuk tantangan 40 hari menulis
ini baru tulisan ke 3๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™